MUNGGAHAN : SAMBUT RAMADHAN DENGAN KEBERSAMAAN

Masyarakat Jawa Barat khususnya orang Sunda mempunyai tradisi yang unik menjelang bulan suci Ramadhan, tradisi unik tersebut biasa disebut munggahan. Munggahan dilakukan pada akhir bulan Sya’ban, biasanya satu atau dua hari menjelang bulan Ramadhan. Bentuk pelaksanaannya bervariasi, umumnya berkumpul bersama keluarga dan kerabat, makan bersama (botram), saling bermaafan, dan berdoa bersama. Selain itu, ada pula yang mengunjungi tempat wisata bersama keluarga, berziarah ke makam orang tua atau orang saleh, atau mengamalkan sedekah munggah (sedekah pada sehari menjelang bulan puasa).

Munggahan berasal dari Bahasa Sunda unggah yang berarti naik, yang bermakna naik ke bulan yang suci atau tinggi derajatnya. Tradisi munggahan dimaksudkan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah, untuk membersihkan diri dari hal-hal yang buruk selama setahun sebelumnya dan agar terhindar dari perbuatan yang tidak baik selama menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan.






Munggahan sendiri berasal dari bentuk relasi sosial masyarakat Sunda yang terstruktur dari kelompok atas (Hinggil) sampai kelompok bawah (handap). Kelompok atas merupakan generasi pambajeng (anak pertama dan kedua) yang menetap di wilayah dalam. Sedangkan kelompok bawah adalah generasi anak bungsu atau kakak bungsu yang memilih merantau atau menetap di luar kampung.






Tatanan : Menandakan adanya keharmonisan dan rasa kekeluargaan yang kuat di tengah masyarakat.

Tuntunan : Menanamkan rasa kekeluargaan dan kebaikan yang turun-temurun.

Tontonan : Memperlihatkan adanya kekompakan dan kerukunan melalui kumpul bersama.


Nama : Nandita Yasfi Nafisah

NIM : 19820172 

Kelompok : 51

#Mengbudaya #KATITB2021


Resources : 

Wikipedia

picture from kemlu.co.id and kompas.com



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bali, Take Me Back Please?

Recommendation for Scholarship